Ketika Kehilangan Membawa Saya ke Jalan Baru | Catatan Jalal
Hidup sering kali memberikan kejutan. Kadang manis, kadang pahit. Namun, dalam setiap kehilangan, ada jalan baru yang membuka mata hati kita. Inilah kisah perjalanan hidup saya — dari sebuah pekerjaan yang mapan, usaha yang berkembang, hingga kehilangan yang membawa saya menemukan makna hidup sebenarnya. Ini adalah Kisah nyata dari penulis tentang momen sulit yang berbuah manis dalam hidup.

Awal Karier yang Menjanjikan
Tahun 2010 saya bekerja sebagai pengelola armada dump truck di salah satu pelabuhan besar di Jakarta. Penghasilan yang saya terima cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun karena masalah internal manajemen, saya memilih berhenti dan memulai langkah baru.
Rumah Makan dan Usaha Tambang Pasir
Saya dan istri membuka rumah makan di ruko 3 lantai di jalan Bulevard Hijau kawasan Harapan Indah, Bekasi. Alhamdulillah usaha berjalan lancar. Tak lama kemudian, saya mendapat tawaran kerja sama menggali pasir di Lampung Timur untuk dikirim ke Jakarta menggunakan tongkang. Istri tetap mengelola rumah makan, sedangkan saya fokus mengurus usaha pasir. Secara finansial, hidup kami sangat tercukupi.
Namun, kesibukan itu justru menjauhkan kami dari anak-anak. Saya hanya pulang seminggu sekali, sementara istri berangkat jam 5 pagi dan pulang hampir tengah malam. Anak-anak mulai terabaikan, prestasi sekolah menurun, bahkan sering dipanggil pihak sekolah karena berkelahi.
Ujian yang Mengguncang
Kami akhirnya menutup rumah makan agar istri bisa fokus mendampingi anak-anak. Saya tetap di Lampung, mengembangkan usaha pasir yang semakin maju. Sayangnya, dalam kesibukan dan kemewahan, saya terlena. Ibadah mulai saya abaikan, bahkan terjerumus ke hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Puncaknya, saya difitnah mencuri pasir. Tim investigasi dari kantor pusat turun langsung ke Lampung selama seminggu, namun tidak menemukan bukti kesalahan saya. Walau terbukti tidak bersalah, saya tetap dikeluarkan. Kecewa, terpukul, dan tanpa penghasilan, tabungan lama-lama habis.
Titik Balik Kehidupan
Dalam kondisi terpuruk, saya hanya punya dua pilihan: menjadi orang jahat sejahat-jahatnya, atau berusaha menjadi orang baik sebaik-baiknya. Saya memilih jalan kedua. Saya teringat pesan guru saya di masa muda: “Ibadahlah dengan seimbang, ibadah ritual kepada Tuhan dan ibadah sosial kepada sesama.”
Tahun 2014, bersama teman-teman di lingkungan komplek, saya mendirikan sebuah majelis taklim untuk kajian agama. Alhamdulillah hingga kini masih terus berjalan dan memberi manfaat bagi banyak orang.

Lahir Kembali dengan Semangat Baru
Sejak itu, saya merasa seperti terlahir kembali. Meski di awal 2021 istri dipanggil kembali ke sisi Allah SWT (saat ini saya sudah menikah lagi) karena terdampak COVID-19, saya tetap kuat. Sangat terasa hidup lebih tenang, sehat, dan bahagia. Walau kondisi finansial tidak lagi semewah dulu, tetapi kebahagiaan batin dan ketenangan jiwa sungguh tak ternilai.

Kehilangan demi kehilangan justru membawa saya menemukan jalan baru: hidup sederhana, dekat dengan Tuhan, dekat dengan keluarga, dan bermanfaat bagi sesama.
Pelajaran Hidup: Jangan biarkan kesibukan duniawi membuat kita lupa pada keluarga dan ibadah. Kadang kegagalan dan kehilangan adalah cara Tuhan mengingatkan, agar kita kembali ke jalan yang benar.
Diskusi