Tujuan Tuhan Menciptakan Manusia: Catatan Refleksi dan Kisah Hidup

Pertanyaan “Apa tujuan Tuhan menciptakan manusia?” sering muncul dalam catatan renungan, refleksi, bahkan kisah hidup banyak orang. Hidup tanpa memahami tujuan akan membuat manusia kehilangan arah, terjebak dalam kesia-siaan, bahkan menghadapi penderitaan. Sebaliknya, dengan mengetahui tujuan hidup, manusia akan memiliki pegangan, arah, serta inspirasi untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
apa tujuan hidup manusia
Img source: Freeimages.com

Dalam Islam, Allah SWT menjelaskan bahwa penciptaan manusia memiliki makna mendalam. Berikut adalah dua tujuan utama yang menjadi landasan kehidupan manusia:

1. Beribadah kepada Allah (Hablum Minallah)

Allah SWT menciptakan manusia agar beribadah kepada-Nya. Ibadah bukan sekadar ritual, tetapi bentuk pengabdian total yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan berserah diri.
Makna ibadah bukan hanya shalat, puasa, atau zakat, tetapi juga menjaga hati, berbuat baik, menolong sesama, dan menjauhi semua larangan-Nya.
Buah ibadah sejatinya kembali kepada manusia sendiri, membawa ketenangan, kedamaian, dan keberkahan hidup sekaligus untuk mendapatkan Rahmat dan Rodho dari Allah SWT.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.(QS. Adz-Dzariyat:51:56).

Tafsir dari ayat tersebut adalah sebagai berikut:

Allah memerintah Nabi Muhammad beristikamah dalam mengajak umatnya mengesakan Allah karena sesunguhnya itulah tujuan penciptaan. Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-Ku sendiri. Aku tidak menciptakan mereka melainkan agar tujuan hidup mereka adalah beribadah kepada-Ku karena ibadah itu pasti bermanfaat bagi mereka. (Tafsir Ringkas Kemenag, Jilid 2, Cet.2, Th2016, Hal. 680)

Dengan memerintah manusia untuk beribadah kepada Allah, apakah Tuhan mengharapkan sesuatu dari manusia? Hal ini dijawab oleh Allah dengan tegas:

مَآ اُرِيْدُ مِنْهُمْ مِّنْ رِّزْقٍ وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ يُّطْعِمُوْنِ
Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.(QS. Adz-Dzariyat:51:57).
 

Adapun tafsir ayat di atas adalah:

Aku menciptakan manusia dan jin hanya agar mereka beribadah, bukan agar mereka memberi balasan apa pun kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki atau balasan sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku, seperti halnya mereka memberi sesajian kepada dewa atau tuhan yang mereka sembah. (Tafsir Ringkas Kemenag, Jilid 2, Cet.2, Th2016, Hal. 680)

Demikian juga seperti yang difirmankan di surah Al-'Ankabut:

وَمَنْ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهٖ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh (untuk berbuat kebajikan), sesungguhnya dia sedang berusaha untuk dirinya sendiri (karena manfaatnya kembali kepada dirinya). Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakaya (tidak memerlukan suatu apa pun) dari alam semesta..(QS. Al-'Ankabut:29:06).

Dijabarkan di tafsir Kemenag bahwa:

Dan barang siapa berjihad dengan mencurahkan segala kemampuannya untuk meninggikan kalimat Allah dan mengorbankan diri dengan selalu bersabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, maka sesungguhnya pahala, manfaat, dan kebaikan jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Tidak ada sedikit pun manfaat amal tersebut yang dibutuhkan oleh Allah. Sungguh, Allah Mahakaya tidak memerlukan sesuatu apa pun dari mereka, bahkan dari seluruh alam.(Tafsir Ringkas Kemenag, Jilid 2, Cet.2, Th2016, Hal. 300)


Dalam catatan sejarah para nabi dan ulama, ibadah selalu menjadi sumber pedoman dan inspirasi hidup. Mereka menunjukkan bahwa kedekatan dengan Allah akan menguatkan hati menghadapi ujian dunia serta untuk mencapai kebahagiaan diakhirat.

2. Menjadi Khalifah di Bumi (Hablum Minannas dan Hablum Minal A’lam)

Selain beribadah, manusia ditugaskan menjadi khalifah atau pemimpin di bumi. Kata khalifah bukan berarti berkuasa semena-mena, melainkan memikul amanat untuk menjaga, mengelola, dan melestarikan alam semesta beserta isinya.

Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab menjaga keseimbangan ekosistem, tidak merusak lingkungan, serta berlaku adil terhadap sesama.

Penugasan manusia sebagai khalifah di bumi dapat dilihat pada penggalan ayat berikut:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ...
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi....(QS. Al-Baqarah:2:30).

Tafsir Kementerian Agama RI (Kemenag),menafsirkan penggalan ayat diatas sebagai berikut:

... Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi.” Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan.... (Tafsir Ringkas Kemenag, Jilid 1, Cet.2, Th2016, Hal. 17)

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

«كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، وَالعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya. Penguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin terhadap harta tuannya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta yang diurusnya. Ingatlah, masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. (HR. Bukhari)

Dalam kisah hidup manusia modern, tantangan ini semakin nyata ketika menghadapi krisis iklim, kerusakan lingkungan, dan ketidakadilan sosial. Semua ini menuntut kesadaran bahwa kita adalah wakil Allah di bumi.

Refleksi ini memberi inspirasi bahwa setiap langkah manusia, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun interaksi sosial merupakan bagian dari pengabdian dan kepemimpinan yang bermakna.

Inspirasi dan Kisah Hidup

Banyak kisah hidup yang bisa dijadikan teladan dalam memahami tujuan penciptaan manusia. Nabi Muhammad SAW, misalnya, adalah contoh sempurna bagaimana ibadah kepada Allah berjalan selaras dengan kepemimpinan di tengah masyarakat. Beliau tidak hanya taat beribadah, tetapi juga menjadi inspirasi dalam kepemimpinan, keadilan, dan kepedulian terhadap umat serta lingkungan.

Bagi kita, setiap catatan kecil dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi refleksi. Misalnya: Menolong
tetangga yang kesusahan adalah bagian dari ibadah, menjaga kebersihan lingkungan adalah wujud amanah sebagai khalifah. Menghargai waktu, jujur dalam bekerja, dan sabar menghadapi ujian adalah inspirasi hidup yang menunjukkan keselarasan antara ibadah dan kepemimpinan.

Kesimpulan

Tujuan Tuhan menciptakan manusia bukan sekadar wacana, melainkan pedoman hidup. Dengan beribadah kepada Allah dan menjalankan amanah sebagai khalifah, manusia bisa menemukan makna hidup yang sejati. Catatan refleksi ini memberi inspirasi bahwa setiap langkah kita memiliki arti, setiap ibadah membawa keberkahan, dan setiap kisah hidup dapat menjadi teladan untuk generasi berikutnya.

Hidup dengan memahami tujuan Tuhan menjadikan manusia tidak hanya sekadar ada, tetapi benar-benar berarti.

Semoga manfaat. Wallahu A'lam Bissawab hanya Allah lah yang Maha Tahu kebenarannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages